Ads (728x90)

-->
Kehidupan prasejarah dengan hasil kebudayaanya!
Pembagian zaman berdasarkan hasil kebudayaan:
1. Zaman Batu.
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 4 periode/masa, yaitu:
a.    Zaman Batu Tua (Palaeolithicum)
Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar. Merupakan suatu masa di mana alat-alat hidup terbuat dari batu kasar dan belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana.. Contohnya: kapak genggam. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam
Memiliki ciri-ciri :
(a)     Peralatan terbuat dari batu
(b)     Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih)
(c)     Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu
(d)     Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)
(e)     Belum mengenal seni.


Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)
<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)
Alat-alat yang dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)



bZaman Batu Tengah/ Zaman Madya  (mesolithicum)
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->
Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera.
Memiliki ciri-ciri :
(a)     Peralatan terbuat dari batu
(b)     Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih)
(c)     Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu
(d)     Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden)
(e)     Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah dapur)
(f)   Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche(gua-gua sebagai tempat tinggal) antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.

(g)     Sudah mengenal seni (lukisan pada dinding gua berbentuk cap tangan dan babihutan)
(h)    Alat yang digunakan disebut peble/Kapak Sumatra.
Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.
<!--[if !supportLists]-->(i)           <!--[endif]-->Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.

 Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)

 Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua--Melanosoid

<!--[if !supportLists]-->c.       <!--[endif]-->Zaman Batu Muda (neolithicum)
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->
Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong.
Zaman ini merupakan revolusi pada zaman prasejarah (terjadi perubahan yangmendasar). Dan telah mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai berikut
(a)     Peralatan sudah dihaluskan, diberi tangkai.
(b)     Jenis alat yang digunakan kapak persegi dan lonjong.
(c)     Pakaiannya dari kulit kayu, perhiasannya dari batu dan manik.
(d)     Telah bertempat tinggal menetap (sedenter)
(e)     Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme

Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
<!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]-->Pakaian dari kulit kayu
<!--[if !supportLists]-->5.      <!--[endif]-->Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)

Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)


<!--[if !supportLists]-->d.      <!--[endif]--> Zaman Batu Besar (megalithicum)  
Hasil kebudayaannya umumnya terbuat dari batu dalam ukuran besar. Hasil benda-bendanya sebagai berikut :
(a)     Menhir yaitu tugu yang terbuat dari batu besar (untuk tempat memuja arwah leluhur)
(b)     Dolmen yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji
(c)     Kubur batu yaitu tempat menyimpan mayat.
(d)     Waruga yaitu kubur batu yang berbentuk kubus.
(e)     Sarkofagus yaitu kubur batu yang berbentuk lesung.
(f)      Punden berundak yaitu batu yang disusun berundak-undak (bertingkat)
Kebudayaan Megalithikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->

<!--[if !supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Zaman logam
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->Dengan dimulainya zaman logam bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun
alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman perundagian.
Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 fase/bagian, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.

 Zaman dimana manusia sudah menggunakan peralatan yang dibuat dari logam. Zaman ini dibedakan menjadi tiga yaitu :
<!--[if !supportLists]-->a.      <!--[endif]-->Zaman perunggu
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->
Yaitu zaman dimana peralatan yang digunakan di buat dari perunggu, diantaranya :
<!--[if !supportLists]-->(a)    <!--[endif]--> Nekara Yaitu genderang besar terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacaramengundang hujan. Nekara terbesar ditemukan di Bali yang disimpan di Pura Besakih yang disebut The Moon Of Pejeng.
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
<!--[if !supportLists]-->(b)   <!--[endif]-->Moko yaitu genderang kecil terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacara keagamaan atau mas kawin.
<!--[if !supportLists]-->(c)    <!--[endif]-->Kapak corong – kapak sepatu.
Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
<!--[if !supportLists]-->(d)   <!--[endif]-->Arca perunggu berbentuk orang atau binatang. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)
<!--[if !supportLists]-->(e)    <!--[endif]-->Bejana perunggu berbentuk gitar spanyol tanpa tangkai. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.

<!--[if !supportLists]-->(f)    <!--[endif]-->Perhiasan perunggu berupa gelang, cincin, dan kalung.



<!--[if !supportLists]-->b.      <!--[endif]-->Zaman Besi
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: 
a. Mata Kapak bertungkai kayu
b. Mata Pisau
c. Mata Sabit
d. Mata Pedang
e. Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)

2. Kehidupan manusia masa berburu, bercocok tanam, perundagian!
1.      Masa Berburu
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->Masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia tinggal di alam terbuka seperti di hutan, di tepi sungai, di goa, di gunung atau di lembah-lembah. Tempat tinggal mereka belum menetap, masih berpindah-pindah atau nomaden mengikuti alam yang dapat menyediakan makanan terutama binatang buruan.


Apabila binatang buruan dan bahan makanan sudah habis, mereka akan mencari dan pindah ke tempat yang lebih subur. Inti dari kehidupan sehari-hari masyarakat ini adalah mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk dikonsumsi saat itu juga. Kegiatan semacam ini disebut dengan Food Gathering atau pengumpul makanan tahap awal.
Masyarakat pengumpul makanan tersebut telah mengenal kehidupan berkelompok kecil, hal ini karena kehidupannya nomaden. Hubungan antara kelompok sangat erat, karena mereka harus bekerja bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompoknya dari serangan kelompok lain atau serangan binatang-binatang buas. Meskipun dalam kehidupan yang masih sangat sederhana, mereka telah mengenal adanya pembagian tugas kerja, dimana kaum laki-laki biasanya tugasnya adalah berburu, kaum perempuan tugasnya adalah memelihara anak serta mengumpulkan buah-buahan dari hutan.
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
Masing-masing kelompok memiliki pemimpin yang ditaati dan dihormati oleh anggata kelompoknya. Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan sudah terlihat adanya tanda-tanda kehidupan sosial dalam suatu kelompok masyarakat, walaupun tingkatannya masih sangat sederhana.
Kesederhanaan kehidupan sosial tersebut terlihat dari ketidaktahuan masyarakat dalam menyimpan sisa makanan, tidak mengenal tata cara perkawinan, tidak melakukan penguburan terhadap mayat. Karena belum mengenal religi/ kepercayaan. Hal ini dapat dibuktikan melalui alat-alat kehidupan yang dihasilkan pada zaman batu tua.

Tabel. Kebudayaan batu tua/paleolithikum :  hasil kebudayaan palaeolithikum dan ciri-cirinya
Pengenalan terhadap api bagi masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan sangat dimungkinkan karena berdasarkan analogi jenis manusia purba yang ditemukan di Cina sudah mengenal api.
Dari uraian tersebut, apakah Anda ingat nama jenis manusia purba yang di temukan di Cina? Jenis manusia purba di Cina disebut dengan Sinanthropus Pekinensis yang memiliki persamaan dengan Homo Erectus. Dimana keduanya memiliki persamaan. Untuk itu apa yang menjadi ciri dari manusia Sinanthropus Pekinensis juga menjadi ciri dari Homo Erectus sebagai pendukung dari kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan.
Untuk mengetahui alat komunikasi apa yang dipakai oleh masyarakat zaman batu tua sangatlah tidak mudah, tetapi yang jelas bahwa antar manusia yang satu dengan yang lain pasti mempunyai cara untuk berkomunikasi. Kira-kira menurut Anda bahasa apa yang dipakai sebagai alat komunikasi pertama pada zaman batu tua?
Sesuai dengan kehidupan masyarakatnya berburu dan mengumpulkan makanan, maka alat komunikasi yang sangat dimungkinkan adalah bahasa isyarat, karena bahasa isyarat adalah bahasa yang diperlukan pada saat berburu. Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa-bangsa dari Asia daratan ke Indonesia seperti yang dilakukan oleh bangsa Papua Melanosoide, maka secara lambat laun terjadi perubahan dalam kehidupan masyarakat .
Perubahan kehidupan yang terjadi secara lambat sangat dimungkinkan karena di lihat dari bentuk adaptasinya masih berdasarkan berburu dan mengumpulkan makanan, walaupun sudah memasuki tingkat lanjut atau disebut dengan Food gathering tingkat lanjut.
Kehidupan Food gathering tingkat lanjut terjadi pada saat berlangsungnya zaman Mesolithikum ditandai dengan kehidupan sebagian masyarakatnya bermukim dan berladang (huma). Yang menjadi tempat mukimnya/menetapnya adalah gua-gua dipedalaman atau tepi-tepi pantai.
Dengan kehidupan menetap tersebut maka terjadilah pertumbuhan dalam kehidupan yang lain yaitu antara lain mereka sudah tahu menyimpan sisa makanan, mengenal tata cara penguburan mayat, mengenal api, mengenal religi/kepercayaan dan bahkan mengenal kesenian.
Bukti adanya pengenalan terhadap religi dan kesenian yaitu ditemukan lukisan cap tangan yang diberi warna merah dan lukisan babi hutan yang terdapat pada dinding gua Abris Sous Roche, seperti yang ditemukan di gua Leang-Leang Sulawesi Selatan, di Seram dan di Irian Jaya.
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
Dari gambar yang Anda amati, bagaimana pendapat Anda tentang makna lukisan tersebut?
Lukisan pada dinding gua zaman mesolithikum banyak dihubungkan dengan keagamaan, karena lukisannya banyak menggunakan warna merah (warna darah). Warna merah dianggap memiliki kekuatan magis/gaib. Lukisan cap tangan dianggap memiliki makna tanda berkabung dari seorang wanita yang ditinggal mati suaminya, karena pada umumnya jari manis pada lukisan tangan tersebut dipotong.
Sedangkan lukisan babi hutan yang sedang lari dan pada arah jantungnya terdapat mata panah dimaksudkan bahwa, pada waktu berburu mereka mengharapkan binatang buruan. Lukisan tersebut diduga dibuat oleh seorang pawang pada waktu upacara perburuan.         
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
a)     Kehidupan Sosial
1. Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah.
Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut:
a.      Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami.
b.      Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik.
c.       Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh.
2. Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di daerah pantai
3. Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya.
4. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang buruan atau mengumpulkan makanan.
5. Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang akan di makan.
6. Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
7. Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.
b)      Kehidupan Budaya
1. Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka membuat perahu.
2. Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar.
3. Mereka sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung.
4. Untuk mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu.
5. Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di gua-gua, dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti:
-   Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll.
c)   Teknologi
Teknologi masa  food gathering  masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka.


2.      Masa bercocok tanam
Sebelum Anda mempelajari uraian materi, terlebih dahulu perhatikan skema berikut ini.  
 Dari skema di atas, dapatlah dijelaskan bahwa dengan adanya perubahan kehidupan dari semi sedenter menjadi kehidupan yang menetap maka sistem huma/perladangan yang sudah dikenal oleh masyarakat mengalami penyempurnaan menjadi sistem bercocok tanam.
Sistem bercocok tanam atau dikenal dengan sistem persawahan dapat menggunakan lahan yang terbatas dan kesuburan tanahnya dapat dijaga melalui pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan. Hal ini mengakibatkan masyarakat tidak lagi berpindah-pindah temapt dan selalu berusaha untuk menghasilkan makanan atau dikenal dengan istilah Food Producing.
Kemampuan Food Producing membawa perubahan yang besar, dalam arti membawa akibat yang mendalam dan meluas bagi seluruh kehidupan masyarakat pada masa tersebut, karena masyarakat yang sudah menetap maka akan tercipta kehidupan yang teratur.
Dengan kehidupan masyarakat yang teratur berarti kehidupan masyarakatnya terorganisir dengan rapi dan bahkan membentuk semacam desa, dan masyarakat tersebut sudah memilih pemimpinya (kepala suku) dengan cara musyawarah sesuai dengan prinsip primus inter pares.
Pemilihan pemimpin yang berdasarkan prinsip primus inter pares menandakan bahwa pemimpin tersebut dipilih diantara mereka yang memiliki kelebihan baik fisik (kuat) maupun spiritual (keahlian).
Di samping adanya perkembangan dalam kehidupan sosial, juga mumcul sistem perekonomian dalam kehidupan masyarakat. Hal ini karena dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup, maka dikenal sistem pertukaran barang dengan barang (perdagangan barter).
Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pada masa bercocok tanam dapat dilihat dari alat-alat kehidupannya yang dibuat oleh masyarakat tersebut, dimana alat-alat kehidupannya sudah dibuat halus/diasah, sempurna serta mempunyai nilai seni bahkan fungsi beraneka ragam.
Alat-alat kehidupan yang dibuat pada masa ini ada yang digunakan sebagai alat upacara (keagamaan) yang didasarkan atas kepercayaan yang berkembang pada masa ini yaitu Animisme dan Dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap roh dan Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang memiliki kekuatan gaib.
Dasar dari kepercayaan aninisme dan dinamisme terlihat adanya tradisi Megalith. Tradisi Megalithikum muncul pada masa Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman perundagian, dan ditandai adanya bangunan-bangunan besar untuk pemujaan.

<!--[if !vml]--><!--[endif]-->
a)     Kehidupan Sosial
1.   Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan
2.  Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan.
3.  Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
4.  Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal.
5.   Populasi penduduk meningkat, usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun.
6.  Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat.
7.  Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya.
8. Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
b)      Kehidupan Budaya
1.  Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik
2.  Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang
3.  Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam:
Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca.
c)   Teknologi
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.


3.      Masa perundagian
Masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena pada masa ini sudah terjadi hubungan dengan daerah-daerah disekitar kepulauan Indonesia.
Penggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya, berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup dan upacara yang menunjukkan kehidupan masyarakat masa itu sudah memiliki selera yang tinggi. Hidup masyarakat teratur dan makmur.
Kemakmuran masyarakat dapat diketahui melalui perkembangan teknik pertama, dengan mengembangkan pertanian yang intensif dan sebagai akibatnya sektor pertanian mengalami perkembangan yang pesat dan hal ini berdampak kepada kemajuan perekonomian, yang ditandai dengan berkembangnya perdagangan dan pelayaran.
Di samping perdaganan dan pelayaran yang meningkat dalam kehidupan beragamapun juga berkembang pesat, yang dibuktikan dengan banyaknya bangunan megalithikum yang didirikan dalam rangka penghormatan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang.

a)     Kehidupan Sosial
1. Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana;
2. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen;
3. Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan;
4. Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat;
5. Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu;
6. Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar.
b)   Kehidupan Budaya
1. Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi;
2. Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya;
3. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam.;
4. Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam;
5. Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam.
c) Teknologi
1.  Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina;
2.  Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu;
3.  Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam;
4.  Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut :
1.      Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya;
2.      Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah;
3.      Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung;
4.      Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi;
5.      Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam.

<!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan manusia purba dari luar negeri!
<!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Jenis manusia purba di Indonesia
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
Sejak abad XVII para ahli luar negeri banyak yang tertarik untuk meneliti tentang manusia purba di Indonesia. Mereka datang dengan bergiliran, orang yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Eugene Dubois, seorang sarjana Belanda. Sudah seharusnya dan sewajibnya kita bersukur dan berbangga karena bangsa kita mempunyai kekayaan dengan hasil temuan yang jarang ditemukan di Negara lain, terutama temuan manusia-manusia purba ini. Berarti di Indonesia telah hidup macam-macam manusia yang memiliki species dengan berbagai rupa. Berikut ini adalah jenis-jenis manusia purba (fosil) yang ditemukan oleh para ahli dari luar negeri di Indonesia.
<!--[if !supportLists]-->A.    <!--[endif]-->MEGANTHROPUS
<!--[if !vml]--><!--[endif]-->Ditemukan oleh Von Koenigswald yang menemukan rahang atas dan rahang bawah pada tahun 1936 dan tahun 1941 di Sangiran. Temuan ini merupakan sisa Meganthropus yang disebut Meganthropus paleojavanicus. Diperkirakan Meganthropus hidup satu sampai dua juta tahun lalu semenjak penelitian. Manusia purba jenis ini memiliki rahang yang kuat dan badan tegap. Para Meganthropus biasanya hidup dengan mengumpulkan bahan makanan terutama tumbuh-tumbuhan.

<!--[if !supportLists]-->B.     <!--[endif]-->PITHECANTHROPUS
<!--[endif]-->
Temuan Pichecantropus pertamakali telah menarik perhatian dunia, terutama para ilmuan. Pichecanthropus merupakan temuan yang paling banyak di Indonesia, tinggi Pichecantropus rata-rata 165-180 cm namun tidak setegap Meganthropus. Adapun jenis dari Pithecanthropus di Indonesia antara lain: Pithecanthropus erectus, Pithecanthropus soloensis, dan Pithecanthropus mojokertensis.
1. Pithecanthropus erectus
Dikenal dengan manusia purba yang berjalan tegak, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di Trinil. Diperkiran dua setengah juta sampai satu setengah juta tahun setelah penelitian.
2. Pithecanthropus soloensis
Ditemukan oleh Von Koenigswland, Ter Haar, dan Oppenoorth antara tahun 1931 – 1934 di Ngandong, Kabupaten Blora.
3. Pithecanthropus mojokertensis
Dikenal sebagai manusia kera yang berasal dari Mojokerto. Jenis ini ditemukan oleh Von Koenigswald tahun 1936 di Pucangan, utara Perning dan Mojokerto. Jenis manusia purba ini merupakan jenis yang tertua, hidup antara dua setengah hingga satu seperempat tahun sejak penelitian.
C. HOMO
Fosil homo ditemukan di Wajak dengan tinggi tubuh antara 130 – 210 cm dan berat rata-rata 30 – 150 kg. Mulut dan dahinya masih menonjol, muka dan hidungnya masih lebar. Manusia purba jenis ini hidup antara 25.000 – 40.000 tahun yang lalu sejak penelitian. Oleh karena itu, fosil Homo ini ditemukan di Wajak, maka fosil ini disebut Homo wajakensis. Selain di Indonesia, fosil serua juga ditemukan di Malaysia Timur, Filipina, dan Cina Selatan.
D. HOMO SAPIENS
Homo jenis ini lebih sempurna dibandingkan dengan Homo lainnya, walaupun cara makannya masih sederhana. Homo sapiens artinya manusia cerdik, Homo jenis ini merupakan campuran antara Homo jenis Indonesia dan pendatang dari Yunan yang merupakan nenek moyang bangsa Indonesia. Ciri-ciri Homo sapiens mempunyai tubuh yang sempurna, rahang tidak menonjol seperti Pithecantropus, dan cara berfikirnya sudah maju.
rahang homo sapiens (all picture adapted from Ganeca Exact Bandung)
 2.   <!--[endif]-->Jenis – jenis manusia purba luar negeri  
 1. Sinanthropus Pekninensis
Manusia purba yang ditemukan di Cina disebut Homo Pekinensis, yang berarti “manusia dari Peking” (sekarang Beijing). Homo Pekinensis ditemukan di Gua Choukoutien sekitar 40 km dari Peking. Fosil ini ditemukan oleh seorang sarjana dari Kanada bernama Devidson Black. Berdasarkan penyelidikan, kerangka jenis manusia purba ini menyerupai kerangka Pithecanthropus Erectus. Oleh karena itu, para ahli menyebutnya juga dengan nama Pithecanthropus Pekinensis atau Sinanthropus Pekinensis yang berarti “manusia kera dari Peking”.
Jenis – jenis manusia purba lengkap - berdasarkan penemuanya fosil pithecanthropus pekinensis memiliki persamaan dengan pithecanthropus erectus.Fosil ini ditemukan oleh prof.Davidson black pada tahun 1927 di gua – gua dekat Chou – Kou – Tien,Peking

2. Homo Africanus ( Homo Rhodesiensis )

Manusia purba yang ditemukan di afrika disebut Homo Africanus yang berarti “manusia dari Afrika”. Fosilnya ditemukan oleh Reymond Dart. Fosil ini ditemukan di dekat sebuah pertambangan Taung Bostwana, tahun 1924. Setelah direkonstruksi ternyata membentuk kerangka seorang anak yang berusia sekitar 5 sampai 6 tahun. Fosil ini di beri nama Australopithecus Africanus, karena hampir mirip dengan penduduk asli Australia. Selanjutnya, Robert Broom menemukan fosil serupa yang berupa tengkorak orang dewasa di tempat yang sama.Jenis – jenis manusia purba lengkap - Ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert brom pada tahun 1924 di goa Broken hill,rhodesia ( zimbabwe )
3. Australopithecus Africanus
Jenis – jenis manusia purba lengkap - Ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung,dekat Vryburg,Afrika Selatan
4. Homo Heidelbergensis
Jenis – jenis manusia purba lengkap - Ditemukan oleh Dr.Schoetensack di Desa Maurer dekat kota Heidelberg ( jerman )
5. Homo Neanderthalensis
Manusia purba yang ditemukan di Eropa disebut Homo Neandherthalensis. Nama itu mengandung arti “manusia Neanderthal”. Manusia jenis ini ditemukan oleh Rudolf Virchow di lembah Neander, Dusseldorf, Jerman Barat tahun 1856. Selain di Jerman, juga ditemukan di Gua Spy Belgia. Di Prancis ditemukan manusia purba yang disebut Homo Cro Magnon.
<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
<!--[endif]-->
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa perbedaan antara jenis Pithecanthropus Erectus dengan Homo Sapiens. Kamu dapat melihat perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut.
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Ruang tengkorak Pithecanthropus lebih kecil dibandingkan Homo Sapiens, sehingga volume otaknya juga lebih kecil. Ruang tengkorak Pithecanthropus kurang dari 1000 cc, sedangkan ruang tengkorak Homo Sapiens lebih dari 1000 cc.
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Tulang kening Pithecanthropus lebih menonjol ke depan.
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Tulang rahang bawah Pithecanthropus lurus ke depan sehingga tidak berdagu, sedangkan Homo sapiens berdagu.
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Tulang rahang dan gigi Pithecanthropus lebih besar dan kuat dari pada tulang rahang Homo sapiens.
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Tinggi dan berat badan Homo Sapiens lebih besar yaitu 130-210 cm dan 30-150 kg.
Jenis – jenis manusia purba lengkap - Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr.Fulfrott di lembah sungai Neander,dekat Duselldorf,jerman tahun 1956.Ciri -ciri manusia purba ini mendekat ciri homo wajakensis.
6. Homo Cro Magnon ( Ras Cro – Magnon )
Jenis – jenis manusia purba lengkap - Ditemukan oleh Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies sebelah barat daya PERANCIS tahun 1868

Posting Komentar